GUYONAN NAHWU
JANGAN CUMA JADI FA'IL, TAPI BERUSAHALAH MENJADI MUBTADA'
diskusi antara hati dan otakku ketika melamunkan antara jumlah ismiyah dan jumlah fi'liyah:
hatiku: kalam itu kan bisa berupa jumlah ismiyah atau jumlah fi'liyah, kamu lebih suka yang mana?
otakku: lebih suka jumlah fi'liyah
hatiku: kenapa?
otakku: karena jumlah fi'liyah adalah simbol keaktifan, produktif, bekerja keras, dan terus berusaha, dengan kata lain sangat menghargai proses, sementara jumlah ismiyah itu kan ibarat hasil yang didapatkan dari usaha itu, tidak begitu mementingkan proses yg penting hasilnya oke!
hatiku: berarti kamu lebih suka jadi fa'il dari pada jadi mubtada' ya?
otakku: oooh kamu salah, justru saya itu lebih memilih jadi mubtada'
hatiku: koq gitu sich?
otakku: ya iyalah
hatiku: apa alasanmu?
otakku: kasih tau gak ya...
hatiku: kasih tau dong?
otakku: mau tau banget atau mau tau aja?
hatiku: mau tau banget lah.
otakku: begini ceritanya, kalau fa'il itu kan yg melakukan pekerjaan, sementara mubtada' itu adalah yg berhasil dlm pekerjaan itu, ibarat lomba, fail itu adalah seluruh peserta lomba, sementara mubtada' itu adalah sang juaranya. setiap yg juara kan pasti termasuk peserta lomba, tapi tidak semua peserta lomba bisa jadi juara. (itu ceritaku, apa ceritamu?)
hatiku: dari mana kamu tau mubtada itu jadi juara?
otakku: kan mubtada' itu selalu berada di depan, sbg permulaan kalam, itu menunjukkan bhw mubtada' itu adalah sang juara yg selalu jadi nomor satu dan tak terkalahkan. terkadang dia mengalah tapi sejatinya dia tak kalah, dia tetap menang, spt mubtada' mu'akhar, meskipun terletak sth khabar muqadam, tapi sejatinya dia tetap jadi mubtada' (yg ada dipermulaan dan jadi pemenang)
hatiku: aaahh kamu itu curang, maunya yg baik2 aja, pertama milih jumlah fi'liyah krn selalu aktif dan produktif, sekarang milih mubtada' krn selalu jadi berada di depan dan jadi pemenang. harusnya kamu mengikuti aturan dong, kalau udh milih jumlah fi'liyah harusnya kamu juga milih jadi fa'il, krn jumlah fi'liyah itu kan terdiri dari fi'il dan fa'il, bukan mubtada' khabar...ah kamu curang bgt...dasar otak gak punya perasaan !!!
otakku: biarin yg penting HAPPY......HAHAHA
dari guyonan di atas kita bisa mengambil 2 pelajaran
1. memilih jumlah fi'liyah dari pada jumlah ismiyah,
ini menunjukkan bahwa apapun pekerjaan kita, kita harus tetap mendahulukan proses dari pada hasil, kita harus bersungguh-sungguh dulu dalam bekerja, baru mengharapkan hasil. kita harus mengoptimalkan potensi yang kita miliki dalam pekerjaan yang kita geluti, jangan setengah2, masalah nanti kita akan mendapatkan penghargaan, nilai, ataupun hasilnya itu urusan Allah, kita harus memaksimalkan ikhtiar dulu, baru hasilnya kita serahkan (tawakkal) kepada Allah.
kalau jadi pelajar atau mahasiswa, kita harus memaksimalkan belajar kita, tidak perlu memikirkan nilai, meskipun nilai itu penting. dg belajar maksimal insya Allah nilai juga akan maksimal. kalau kita jadi guru atau karyawan, kita harus bekerja scr optimal, masalah gaji jangan dulu dipikirkan, kalau pekerjaan kita dianggap memuaskan, dg sendirinya kita akan dikasih gaji yang memuaskan juga.
2. memilih jadi mubtada' dari pada fa'il
artinya bahwa dalam setiap pekerjaan yang kita geluti, kita jangan cuma jadi peserta biasa, yg hanya mengikuti aturan yg ada dan melaksanakan tugas yg diberikan oleh atasan, tapi kita harus membuat inovasi2 baru dan ide2 cemerlang yg dapat memajukan perusahaan tempat kita bekerja atau sekolah tempat kita mengajar. kita harus merusaha menjadi nomor 1 di tempat kita bekerja itu, meskipun kita sebagai peserta baru, guru baru, atau karyawan baru, jangan merasa minder untuk menjadi nomor 1. sbg siswa kita harus berusaha menjadi juara kelas, sbg mahasiswa harus berusaha menjadi mahasiswa terbaik dg IP tertinggi, sbg guru kita juga harus berusaha menjadi guru teladan, yg dibanggakan oleh para siswa, disegani oleh sesama guru dan dipercaya penuh oleh pimpinan.
intinya, jangan cuma jadi fa'il yang hanya ikut jadi peserta, tapi jadilah mubtada' yang selalu di depan dan jadi pemenang.
sekian dulu guyonanku, aku tunggu guyonanmu !!!
diskusi antara hati dan otakku ketika melamunkan antara jumlah ismiyah dan jumlah fi'liyah:
hatiku: kalam itu kan bisa berupa jumlah ismiyah atau jumlah fi'liyah, kamu lebih suka yang mana?
otakku: lebih suka jumlah fi'liyah
hatiku: kenapa?
otakku: karena jumlah fi'liyah adalah simbol keaktifan, produktif, bekerja keras, dan terus berusaha, dengan kata lain sangat menghargai proses, sementara jumlah ismiyah itu kan ibarat hasil yang didapatkan dari usaha itu, tidak begitu mementingkan proses yg penting hasilnya oke!
hatiku: berarti kamu lebih suka jadi fa'il dari pada jadi mubtada' ya?
otakku: oooh kamu salah, justru saya itu lebih memilih jadi mubtada'
hatiku: koq gitu sich?
otakku: ya iyalah
hatiku: apa alasanmu?
otakku: kasih tau gak ya...
hatiku: kasih tau dong?
otakku: mau tau banget atau mau tau aja?
hatiku: mau tau banget lah.
otakku: begini ceritanya, kalau fa'il itu kan yg melakukan pekerjaan, sementara mubtada' itu adalah yg berhasil dlm pekerjaan itu, ibarat lomba, fail itu adalah seluruh peserta lomba, sementara mubtada' itu adalah sang juaranya. setiap yg juara kan pasti termasuk peserta lomba, tapi tidak semua peserta lomba bisa jadi juara. (itu ceritaku, apa ceritamu?)
hatiku: dari mana kamu tau mubtada itu jadi juara?
otakku: kan mubtada' itu selalu berada di depan, sbg permulaan kalam, itu menunjukkan bhw mubtada' itu adalah sang juara yg selalu jadi nomor satu dan tak terkalahkan. terkadang dia mengalah tapi sejatinya dia tak kalah, dia tetap menang, spt mubtada' mu'akhar, meskipun terletak sth khabar muqadam, tapi sejatinya dia tetap jadi mubtada' (yg ada dipermulaan dan jadi pemenang)
hatiku: aaahh kamu itu curang, maunya yg baik2 aja, pertama milih jumlah fi'liyah krn selalu aktif dan produktif, sekarang milih mubtada' krn selalu jadi berada di depan dan jadi pemenang. harusnya kamu mengikuti aturan dong, kalau udh milih jumlah fi'liyah harusnya kamu juga milih jadi fa'il, krn jumlah fi'liyah itu kan terdiri dari fi'il dan fa'il, bukan mubtada' khabar...ah kamu curang bgt...dasar otak gak punya perasaan !!!
otakku: biarin yg penting HAPPY......HAHAHA
dari guyonan di atas kita bisa mengambil 2 pelajaran
1. memilih jumlah fi'liyah dari pada jumlah ismiyah,
ini menunjukkan bahwa apapun pekerjaan kita, kita harus tetap mendahulukan proses dari pada hasil, kita harus bersungguh-sungguh dulu dalam bekerja, baru mengharapkan hasil. kita harus mengoptimalkan potensi yang kita miliki dalam pekerjaan yang kita geluti, jangan setengah2, masalah nanti kita akan mendapatkan penghargaan, nilai, ataupun hasilnya itu urusan Allah, kita harus memaksimalkan ikhtiar dulu, baru hasilnya kita serahkan (tawakkal) kepada Allah.
kalau jadi pelajar atau mahasiswa, kita harus memaksimalkan belajar kita, tidak perlu memikirkan nilai, meskipun nilai itu penting. dg belajar maksimal insya Allah nilai juga akan maksimal. kalau kita jadi guru atau karyawan, kita harus bekerja scr optimal, masalah gaji jangan dulu dipikirkan, kalau pekerjaan kita dianggap memuaskan, dg sendirinya kita akan dikasih gaji yang memuaskan juga.
2. memilih jadi mubtada' dari pada fa'il
artinya bahwa dalam setiap pekerjaan yang kita geluti, kita jangan cuma jadi peserta biasa, yg hanya mengikuti aturan yg ada dan melaksanakan tugas yg diberikan oleh atasan, tapi kita harus membuat inovasi2 baru dan ide2 cemerlang yg dapat memajukan perusahaan tempat kita bekerja atau sekolah tempat kita mengajar. kita harus merusaha menjadi nomor 1 di tempat kita bekerja itu, meskipun kita sebagai peserta baru, guru baru, atau karyawan baru, jangan merasa minder untuk menjadi nomor 1. sbg siswa kita harus berusaha menjadi juara kelas, sbg mahasiswa harus berusaha menjadi mahasiswa terbaik dg IP tertinggi, sbg guru kita juga harus berusaha menjadi guru teladan, yg dibanggakan oleh para siswa, disegani oleh sesama guru dan dipercaya penuh oleh pimpinan.
intinya, jangan cuma jadi fa'il yang hanya ikut jadi peserta, tapi jadilah mubtada' yang selalu di depan dan jadi pemenang.
sekian dulu guyonanku, aku tunggu guyonanmu !!!
No comments:
Post a Comment