TGKH.
MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID DAN
PERGERAKAN NAHDLATUL WATHAN DI LOMBOK NUSA
TENGGARA BARAT
Oleh:
Zulkifli, S.Pd.I
PENDAHULUAN
TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid merupakan salah satu ulama besar yang sangat
berpengaruh di pulau Lombok. Beliau bersama dua sahabatnya –TGH. Shaleh Hambali
Bengkel dan TGH. Muhammad Ra’is Sekarbela- adalah tokoh yang memiliki pengaruh
besar dalam perkembangan pendidikan Islam dan pengajian kitab kuning di Lombok.
Di samping berdakwah, beliau juga mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama
“Nahdlatul Wathan”, yang kemudian disingkat menjadi “NW”. Organisasi NW ini
merupakan satu-satunya organisasi terbesar yang bergerak di bidang pendidikan
dan keagamaan yang didirikan oleh seorang putra daerah, asli suku Sasak Lombok
Nusa Tenggara Barat. Perjuangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam
mengembangkan organisasi NW ini tidak terbatas di pulau Lombok saja, beliau
juga mendirikan NW di Sumbawa, Bima, Dompu, bahkan sampai ke luar Nusa Tenggara
Barat, yaitu Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, sampai ke Jakarta.
Kiprah
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam dunia pendidikan Islam tidak
diragukan lagi. Beliau adalah pendiri pondok pesantren Nahdlatul Wathan Pancor
Lombok Timur, pondok pesantren terbesar di NTB. Selain itu, beliau juga
mendirikan pondok pesantren- pondok pesantren di bawah naungan NW yang tersebar
di seluruh kabupaten di Pulau Lombok, baik Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok
Barat, maupun Mataram. Lembaga pendidikan di bawah naungan NW mencakup semua
jenjang pendidikan, mulai dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, sampai Perguruan
Tinggi.
Dalam
perkembangannya, organisasi NW tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan
keagamaan, tetapi mulai masuk ke ranah politik dan pemerintahan.
Lembaga-lembaga eksekutif di propinsi NTB banyak diisi oleh orang-orang NW dan
sekarang adalah puncak keberhasilan NW dalam bidang politik dan pemerintahan,
yaitu dengan terpilihnya Dr. TGH. Muhammad Zainul Madji, MA, cucu dari TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid, sebagai Gubernur NTB saat ini. Beliau adalah
Gubernur termuda di Indonesia.
Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang “TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majid dan Pergerakan Nahdlatul Wathan di Lombok Nusa Tenggara Barat”
dalam makalah ini.
BIOGRAFI TGKH.
MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID
Al-Mukarram Maulana
al-Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid (disingkat menjadi Hamzanwadi = Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah) dilahirkan di Kampung Bermi, Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1316 H. bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 M dari perkawinan TGH. Abdul Majid (beliau lebih
akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mukminah
atau Guru Minah) dengan seorang wanita
shalihah bernama Hajjah Halimah al-Sa'diyah.[1]
Nama kecil beliau adalah 'Muhammad
Saggaf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik
untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum beliau dilahirkan, ayah beliau, TGH. Abdul Majid, didatangi dua orang waliyullah
masing-masing dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni
"Saqqaf". Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Majid
supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqaf" yang artinya
"tukang memperbaiki atap". Kata "Saqqaf" di Indonesia-kan
menjadi "Saggaf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan
"Gep" oleh ibu beliau, Hajjah Halimah al-Sa'diyah.[2]
Setelah menunaikan ibadah
haji, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'Haji Muhammad Zainuddin'. Nama
ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjid al-Haram. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah.
Nama ulama besar itu adalah Syaikh Muhammad
Zainuddin Serawak, dari Serawak, Malaysia.[3]
Sejak kecil al-Mukarram
Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid terkenal sangat jujur
dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan
perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu besar kepada beliau.
Ketika berangkat ke Tanah Suci Mekah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci.
Ayahnya-lah yang mencarikan guru tempat beliau belajar pertama kali di Masjidil Haram dan sempat menemani beliau di Tanah Suci sampai dua kali musim haji.
Sedangkan ibunya Hajjah Halimatus Sa'diyah ikut bermukim di Tanah Suci
mendampingi dan mengasuh beliau sampai ibunya tercintanya itu berpulang ke
rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu'alla Mekah.[4]
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid wafat pada hari Selasa, 21 Oktober 1997 M / 20 Jumadil Akhir 1418 H dalam usia 99 tahun menurut kalender
Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah.[5]
PERJALANAN PENDIDIKAN TGKH. M. ZAINUDDIN
Pengembaraan TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari
pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji (membaca Al-qur'an) dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia
5 tahun.
Setelah berusia 9 tahun,
ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan
oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa Tuan Guru lokal, antara lain TGH. Syarafudin dan TGH. Muhammad Sa'id dari Pancor
serta Tuan Guru Abdullah bin Amaq Dulaji dari desa Kelayu, Lombok Timur. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah,
yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca
kitab yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian
membaca.[6]
Untuk lebih memperdalam
ilmu agama, Muhammad Zainuddin remaja berangkat menuntut ilmu ke Mekah diantar
kedua orang tuanya, tiga orang, kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk
pula TGH. Syarafuddin. Pada saat itu beliau berusia 25 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/1923 M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid langsung
mencari rumah kontrakan di Suqullail, Mekah.
Beberapa hari setelah musim Haji usai, TGH. Abdul Majid mulai
sibuk mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abdul Majid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar di lingkaran
tersebut bernama Syaikh Marzuki, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang
yang sudah lama mengajar mengaji di Masjidil Haram, yang saat itu
berusia sekitar 50 tahun. Disanalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
diserahkan untuk belajar.
Selain itu juga sempat
belajar ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Mekah, yakni Syaikh Muhammad
Amin al-Kutbi dan pada saat itu
berkenalan dengan Sayyid Muhsin Al-Palembani, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang kemudian menjadi guru beliau di Madrasah al-Shaulatiyah.[7]
Selanjutnya, selang beberapa tahun, TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid melanjutkan pendidikannya di Madrasah
al-Shalatiyah. Beliau masuk Madrasah
al-Shaulatiyah pada tahun 1345 H (1927 M) yang waktu dipimpin (Mudir/Direktur) Syaikh Salim
Rahmatullah yang merupakan cucu
pendiri Madrasah al-Shaulatiyah.
Sudah menjadi tradisi
bahwa setiap thullab yang masuk di Madrasah Al-Shaulatiyah harus
mengikuti tes masuk untuk menentukan kelas yang cocok bagi thullab.
Demikian pula dengan TGKH. Muhammad Zainuddin, juga ditest terlebih dahulu.
Secara kebetulan diuji langsung oleh Direktur al-Shaulatiyah sendiri, Syaikh Salim
Rahmatullah dan Syaikh Hasan
Muhammad al-Masysyath.
Hasil test menentukan di
kelas 3. mendengar keputusan itu, TGKH. Muhammad Zainuddin minta diperkenankan
masuk kelas 2 dengan alasan ingin mendalami mata pelajaran ilmu Nahwu dan Sharaf. Semula Syaikh Hasan bersikeras agar TGKH. Muhammad Zainuddin masuk kelas
3, tetapi pada akhirnya melunak dan mengabulkan permohonan untuk masuk kelas 2
dan sejak itu TGKH. Muhammad Zainuddin secara resmi masuk Madrasah
al-Shaulatiyah mulai dari kelas 2.[8]
Prestasi akademiknya
sangat istimewa. Beliau berhasil meraih peringkat pertama dan juara umum.
Dengan kecerdasan yang luar biasa, TGKH. Muhammad Zainuddin berhasil
menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6 tahun, padahal normalnya adalah 9
tahun. Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4, kemudian loncat kelas lagi dari
kelas 4 ke kelas 6, kemudian pada tahun-tahun berikutnya naik kelas 7, 8 dan 9.
Sahabat sekelas TGKH.
Muhammad Zainuddin bernama Syaikh Zakaria Abdullah Bila, mengakui kejeniusannya
dan mengatakan:
“Syaikh Zainuddin adalah
saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan
saya tidak pernah menang dalam berprestasi, di kala saya dan dia bersama-sama dalam
satu kelas di Madrasah Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal
ini. Syaikh Zainuddin adalah manusia ajaib dikelasku karena kegeniusannya yang
sangat tinggi. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang) agama, nusa
dan bangsanya. Saya tahu, telah berapa banyak otak manusia diukirnya, telah
berapa banyak kader penerus agama, nusa bangsa yang dihasilkannya. Saya tahu,
dia adalah mukhlis (orang ikhlas) dalam berjuang menegakkan iman dan taqwa di
negerinya, rela berkorban, cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di
kalangan teman-teman segenerasinya. Kelebihan yang dia miliki selain yang saya
sebutkan tadi, yaitu dia selalu mendapat doa restu dari guru-guru kami,
ulama’-ulama’ besar di tanah suci Makkah Al Mukarramah, utamanya Maulanasy
Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath”.[9]
Predikat istimewa ini
disertai pula dengan perlakuan istimewa dari Madrasah Al-Shaulatiyah. Ijazahnya
ditulis langsung oleh ahli khat terkenal di Mekah, yaitu Al-Khathath al-Syaikh
Dawud al-Rumani atas usul dari direktur Madrasah al-Shaulatiyah. Prestasi
istimewa itu memerlukan pengorbanan, ibu yang selalu mendampingi selama belajar
di Madrasah al-Shaulatiyah berpulang ke rahmatullah di Mekah. Maulana al-Syaikh
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menyelesaikan studi di Madrasah
al-Shaulatiyah pada tanggal 22 Dzulhijjah 1353 H dengan predikat
"mumtaz" (Summa Cumlaude).
Setelah tamat dari
Madrasah al-Shaulatiyah, tidak langsung pulang ke Lombok, tetapi bermukim lagi
di Mekah selama dua tahun sambil menunggu adiknya yang masih belajar, yaitu
Haji Muhammad Faisal. Waktu dua tahun itu dimanfaatkan untuk belajar antara
lain belajar ilmu fiqh kepada Syaikh Abdul Hamid Abdullah al-Yamani. Dengan
demikian, waktu belajar yang ditempuh selama di Tanah Suci Mekah adalah 13 kali
musim haji atau kurang lebih 12 tahun. Ini berarti selama di Mekah sempat
mengerjakan ibadah haji sebanyak 13 kali.
Setelah selesai menuntut
ilmu di Mekah dan kembali ke tanah air, TGKH. Muhammad Zainuddin langsung
melakukan safari dakwah ke berbagai lokasi di pulau Lombok, sehingga dikenal secara luas oleh
masyarakat. Pada waktu itu masyarakat menyebutnya 'Tuan Guru Bajang'. Semula,
pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin sebagai tempat pemuda-pemuda Sasak
mempelajari agama dan selanjutnya pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 mendirikan Nahdlatul Wathan
Diniyah Islamiyah (NWDI) dan menamatkan santri
(murid) pertama kali pada tahun ajaran 1940/1941. [10]
KARYA-KARYA
TGKH. M. ZAINUDDIN
Al-Mukarram Maulana
al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid selaku ulama' pewaris para Nabi, di samping menyampaikan dakwah bi al-hal wa
bi al-lisan, juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan
kemampuan beliau sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih
belajar di Madrasah Shaulatiyah Mekah. Namun karena banyaknya dan padatnya
kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan yang harus
diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat
terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau
masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan
dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak.[11]
Dalam bahasa Arab
- Risalah al-Tauhid
- Sullam al-Hija Syarah Safinah al-Naja
- Nahdlah al-Zainiah
- At Tuhfah al-Amfenaniyah
- Al Fawakih al-Nahdliyah
- Mi'raj al-Shibyan ila Sama'i Ilm al-Bayan
- Al-Nafahat ‘ala al-Taqrirah al-Saniyah
- Nail al-Anfal
- Hizib Nahdlatul Wathan
- Hizib Nahdlatul Banat
- Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan
- Shalawat Nahdlatain
- Shalawat Nahdlatul Wathan
- Shalawat Miftah Bab Rahmah Allah
- Shalawat al-Mab'uts Rahmah li al-‘Alamin
Dalam bahasa Indonesia dan Sasak
- Batu Ngompal
- Anak Nunggal
- Taqrirat Batu Ngompal
- Wasiat Renungan Masa I dan II
Nasyid/Lagu Perjuangan
- Ta'sis NWDI
- Imamuna al-Syafi'i
- Ya Fata Sasak
- Ahlan bi Wafid al-Zairin
- Tanawwar
- Mars Nahdlatul Wathan
- Bersatulah Haluan
- Nahdlatain
- Pacu Gama'
- dan lain sebagainya.
PENGERTIAN DAN SEJARAH
BERDIRINYA NAHDLATUL WATHAN
Nahdlatul
Wathan secara harfiah berarti pergerakan tanah air. Menurut istilah ialah
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan Islam,
mengajak dan membimbing mereka untuk mempelajari ajaran agama dan
mengembangkannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar melalui dakwah islamiyah,
serta mempersiapkan generasi bangsa muslim untuk membangun tanah air, bangsa, dan negara dalam rangka mencapai
masyarakat yang adil.[12]
Sehubungan
dengan itu, maka alenia pertama dari mukaddimah anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga (AD-ART) organisasi Nahdlatul Wathan menyebutkan bahwa: Dengan
motivasi cita-cita luhur menegakkan kalimat Allah, kemuliaan Islam dan kaum
muslimin (li I’la’i kalimatillah ‘izzil Islam wal muslimin) hanya dapat
dicapai dengan mempertahankan keutuhan persatuan dan kesatuan ummat dalam
tatanan suatu organisasi kemasyarakatan yang menjadi wadah untuk menghimpun
semua potensi kekuatan ummat dalam kesatuan visi dan persepsi sebagai nuansa
dalam membangun segala aspek kehidupan secara seimbang lahir dan bathin dengan
landasan moral Islam.[13]
Motivasi
itu bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW yang kaffah, universal
dan rahmatan lil alamin, yang menjadi sumber inspirasi dalam mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat melalui kekuatan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, organisasi Nahdlatul Wathan adalah salah satu organisasi agama
yang tumbuh dan berkembang sebagai kekuatan Islam yang bertekad untuk mengisi
kemerdekaan Indonesia, dengan berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur dengan akhlaqul karimah. Meningkatkan
kecerdasan ummat, kesejahteraan lahir bathin, memelihara persatuan dan kesatuan
baik dalam pergaulan intern organisasi, maupun ummat Islam secara keseluruhan, serta
dengan semangat juang fi sabilillah akan terus berusaha
menghidupsuburkan dan menumbuhkembangkan syari’at Islam dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan kepada “Aqidah Islam
Ahlussunnah Wal Jama’ah ‘ala Madzhab al-Imam al-Syafi’i ra” yang bersumber
dari al-Qur’an al-Karim dan Sunnah Rasulullah SAW yang shahih.[14]
Organisasi
Nahdlatul Wathan berawal dari madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah
(NWDI) yang lahir pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H bertepatan dengan
tanggal 17 Agustus 1937 di Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. [15]
Akan tetapi, Nahdlatul Wathan dideklarasikan sebagai sebuah organisasi sosial
keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372
H/ 1 Maret 1953 M, di Pancor Kabupaten Lombok Timur Propinsi NTB. Kemudian
diakui oleh pemerintah RI sebagai organisasi kemasyarakatan dengan akte pertama
nomor: 78 tahun 1960 dan terdaftar pada Menteri Kehakiman Republik Indonesia
nomor: J. A3/105/5 yang dimasukkan sebagai tambahan lembaran berita negara
Republik Indonesia nomor: 96 tanggal 8 September 1960.[16]
Sadar
akan besarnya potensi ummat Islam secara kuantitas yang mencapai 94 % khusus di
Pulau Lombok dan umumnya di NTB, maka keberadaan organisasi masa agama seperti
NW sangat diperlukan kehadirannya. Sebab dengan adanya organisasi Islam ini
diharapkan akan mampu menghimpun kekuatan dan potensi ummat Islam yang
jumlahnya sedemikian besar, untuk dapat diorganisir dan dikelola dengan
manajemen yang bernuansa Islam dan berorientasi kepada pemberdayaan potensi
ummat yang berkualitas dengan landasan iman dan taqwa.
Dengan
organisasi NW diharapkan akan dapat mempersatukan visi dan persepsi ummat dalam
berbagai program yang hendak dicanangkan dan direncanakan melalui upaya-upaya
sistematis dalam pengembangan misi organisasi agar dapat tetap bergerak dalam
dunia pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah.[17]
I’TIQAD DAN
MADZHAB NAHDLATUL WATHAN
Adapun
I’tiqad yang dijadikan landasan dasar aqidah dari organisasi NW adalah I’tiqad Ahlussunnah
Wal Jama’ah (ASWAJA), yang berarti berpegang teguh kepada dasar-dasar dan
pokok-pokok aqidah Rasulullah SAW yang dianut oleh para sahabat terutama
al-Khulafaur Rasyidin yang empat, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman
bin Affan radhiyallahu anhum dan Ali bin Abi Thalib karramalluhu
wajhah yang tidak pernah bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah
Rasulnya.
Sedangkan
madzhab fiqhiyah yang dijadikan dasar organisasi dalam menjalankan
syari’ah Islam secara inklusif bagi para pengikut Nahdlatul Wathan adalah
madzhab Syafi’i. Dalam pengertian bahwa organisasi ini akan terus mengacu
kepada prinsip-prinsip dasar al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW yang integral
dan komprehensif, artinya sepanjang masih ada ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits
shahih, tidak pernah digunakan rujukan-rujukan alternatif seperti ijma’, qiyas,
ataupun fatwa-fatwa ulama.[18]
Standar
fiqhiyah yang digunakan oleh pendiri organisasi ini adalah Madzhab
Syafi’i dengan konsekuen dan bertanggung jawab mengikuti metode berpikirnya
Imam Syafi’i, sebagaimana perkataan Imam Syafii’i:
إذا صح الحديث فهو مذهبي
Apabila
hadits itu shahih, maka itulah madzhabku.
PERGERAKAN
NAHDLATUL WATHAN DI LOMBOK NTB
TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majid belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemudian kembali ke
Indonesia atas perintah dari guru beliau yang paling dikagumi, yakni Syaikh Hasan
Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934. Sekembali dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia mula-mula beliau mendirikan
pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/17 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI).
Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul
Akhir 1362 H/21 April 1943 M beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI)
khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang
bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah
tersebut diabadikan menjadi nama pondok pesantren 'Dar al-Nahdlatain Nahdlatul
Wathan'. Istilah 'Nahdlatain' diambil dari kedua madrasah tersebut. Beliau
aktif berdakwah keliling desa di Pulau Lombok dan mengajar.[19]
Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di
berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan
mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya,
al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan
organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial
dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh
Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan
dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.[20]
Pada zaman penjajahan,
al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid juga
menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat
menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir
penjajah. Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu
gerakan yang diberi nama "Gerakan al-Mujahidin". Gerakan al-Mujahidin
ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan
Bangsa Indonesia.
Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul
Majid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada' sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.[21]
Al Mukkarram Maulana
al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid sebagai ulama' pemimpin ummat,
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa telah
mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabdian, di
antaranya[22]:
- Pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin
- Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
- Pada tahun 1943 mendirikan madrasah NBDI
- Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
- Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur
- Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Haji dari Negara Indonesia Timur
- Pada tahun 1948/1949 menjadi anggota Delegasi Negara Indonesia Timur ke Arab Saudi
- Pada tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil
- Pada tahun 1952 Ketua Badan Penaseha Masyumi Daerah Lombok
- Pada tahun 1953 mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan
- Pada tahun1953 Ketua Umum PBNW Pertama
- Pada tahun 1953 merestui terbentuknya parti NU dan PSII di Lombok
- Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok
- Pada tahun 1955 menjadi anggota Konstituante RI hasil Pemilu I (1955)
- Pada tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NW
- Pada tahun 1964 menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung
- Pada Tahun 1965 mendirikan Ma'had Dar al-Qu'an wa al-Hadits al-Majidiyah Asy-Syafi'iyah Nahdlatul Wathan
- Pada tahun 1972-1982 sebagai anggota MPR RI hasil pemilu II dan III
- Pada tahun 1971-1982 sebagai penasihat Majlis Ulama' Indonesia (MUI) Pusat
- Pada tahun 1974 mendirikan Ma'had li al-Banat
- Pada Tahun 1975 Ketua Penasihat Bidang Syara' Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram (sampai 1997)
- Pada tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi
- Pada tahun 1977 menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi
- Pada tahun 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzanwadi
- Pada tahun 1978 mendirikan STKIP Hamzanwadi
- Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Hamzanwadi
- Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi
- Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
- Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi
- Pada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilamu Dakwah Hamzanwadi
- Pada tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putri
- Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi
Oleh karena jasa-jasa
beliau itulah, maka pada tahun 1995 beliau dianugerahi Piagam
Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah. Disamping itu,
al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid selaku
seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya
untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di
akhirat.
Di antara inovasi/rintisan-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama
Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk
wanita, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa
dengan berhizib, menciptakan tariqat, yakni Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan,
membuka sekolah umum di samping sekolah agama
(madrasah), menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-lain.[23]
Ini semua adalah perjuangan keras beliau sejak
mendirikan Nahdlatul Wathan, yang pada awalnya berbentuk lembaga pendidikan.
Kemudian berkembang menjadi organisasi keagamaan, yang selanjutnya juga
bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan dan dunia perpolitikan.
Adapun pergerakan NW dalam bidang pendidikan
sudah sangat jelas, yaitu dengan berdirinya berbagai pondok pesantren, sekolah
dan madrasah di bawah naungan NW. Pusat pendidikan NW berada di Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur.
Akan tetapi kemudian pecah menjadi dua yaitu NW Pancor dan NW Anjani.
Masing-masing pondok pesantren ini dipengang oleh dua putri dari TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majid yang berlainan ibu, yaitu Siti Rauhun dan
Siti Raihanun. Siti Rauhun putri dari perkawinan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dengan
Hajjah Zohariyah dan Siti Raihanun putri yang diperoleh dari hasil
perkawinannya dengan Hajjah Siti Rahmah.[24]
Pondok Pesantren NW Pancor dipengang oleh Nyai
Hajjah Rauhun dan dipimpin oleh putra beliau Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, MA
sampai sekarang. Sedangkan pondok pesantren NW Anjani dipengang oleh Nyai
Hajjah Raihanun dan dipimpin sampai sekarang oleh putra beliau TGH. L. Muhammad
Zainuddin Ats-Tsani.
Adapun dalam bidang sosial kemasyarakatan dan
dakwah islamiyah, organisasi Nahdlatul Wathan
berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga di berbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.
Organisasi NW juga bergerak dalam dunia
perpolitikan. Saat ini merupakan puncak keberhasilan organisasi NW dalam bidang
politik, yaitu dengan terpilihnya Dr.
TGH. Muhammad Zainul Madji, MA, cucu dari TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
–pendiri NW-, sebagai Gubernur NTB sejak tahun 2008 sampai sekarang. Beliau
adalah Gubernur termuda di Indonesia.[25]
PENUTUP
Demikianlah
sejumlah pokok pikiran yang telah dipaparkan tentang TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majid dan organisasi Nahdlatul Wathan yang beliau wariskan kepada warga Indonesia
secara umum dan masyarakat NTB khususnya. Jasa besar beliau sebagai ulama pembimbing
dan pengayom ummat akan tetap diingat sepanjang masa. Beliau habiskan masa
hidupnya hanya untuk menegakkan ajaran agama Allah, membela dan mencapai kemuliaan Islam dan kaum
muslimin.
Kaum
elit organisasi dan warga besar Nahdlatul Wathan akan semakin dewasa setelah
ditinggalkan oleh beliau. Mereka dewasa dalam berpikir, andil dalam bertindak
dan bijak dalam memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi,
dan untuk kemaslahatan warga besar NW dan persatuan ummat.
Al-Maghfurlah
Maulasy Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid sangat mencintai ummat,
beliau persatukan kita dalam suatu wadah, beliau do’akan keselamatan kita dunia
akhirat dan beliau maafkan segala kekhilafan kita, baik santri, mutakharrijin,
simpatisan NW maupun ummat Islam secara keseluruhan.
Beliau
mencintai agama Allah, mencintai setiap orang yang mencintai agama Allah dan
mencintai semua usaha dan pemikiran yang membawanya kepada mencintai agama
Allah. Demikian kita akan terus berusaha meneladani dan akan meneruskan perjuangan
beliau. Kita wariskan perjuangan beliau kepada generasi masa yang akan datang.
Pada akhirnya, perjuangan
beliau dalam menegakkan syiar Islam dan pendidikan di bumi Indonesia tidak boleh terhenti begitu saja, namun harus terus
dilanjutkan oleh siapa saja, baik ummat muslim Indonesia secara keseluruhan dan
masyarakat Sasak pada umumnya, maupun oleh kader-kader Nahdlatul Wathan yang
telah dididik melalui lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan serta seluruh
warga Nahdlatul Wathan (abituren, pencinta dan simpatisan) pada khususnya.
Pergerakan organisasi Nahdlatul Wathan ini
sudah sangat luas, baik dalam bidang pendidikan seperti pondok pesantren,
madrasah, dan sekolah, maupun dalam bidang sosial kemasyarakatan dan dakwah
islamiyah, serta masuk juga dalam ranah politik. Pergerakan organisasi NW ini
sudah tersebar dan berkembang pesat bukan hanya di NTB melainkan juga di berbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya. Selain itu organisasi NW bergerak dalam ranah
politik, hingga terpilihnya Dr. TGH.
Muhammad Zainul Madji, MA, sebagai Gubernur NTB sejak tahun 2008 sampai
sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Afifuddin. Tt. Diktat
Pelajaran Ke-NW-an. Selong Lombok Timur: Biro Dakwah YPHPPD NW Pancor.
Muhtar, Fathurrahman. 2010. Konflik
dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, Disertasi. Surabaya: PPs IAIN Sunan
Ampel.
Naji, Rihifuddin. 2001. TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam
Potret NW Masa Depan. (Selong Lombok Timur: Biro Dakwah YPHPPD NW Pancor.
Noor, Mohammad
dkk. 2004. Visi Kebangsaan Religius: Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Tim Penyusun. 2012. Maulana
Syaikh dalam Lintasan Sejarah dan Perjuangannya. Lombok Timur: Ma’had Darul
Qur’an Wal Hadits NW Pancor.
Yusuf, Muhammad. 1976. Sejarah
Ringkas Perguruan NWDI, NBDI, dan NW. Pancor Selong Lombok Timur NTB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zainuddin_Abdul_Madjid, diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
http://bem-stkiphamzanwadiselong.blogspot.com/2012/07/profile-muhammad-zainuddin-abdul-madjid.html,
diakses pada tanggal 5 Nopember 2012.
http://kiosmustika.blogspot.com/2012/03/biografi-singkat-hamzanwadi.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
http://krens1024.wordpress.com/2011/03/15/biografi-kiai-haji-muhammad-zainuddin-abdul-majid/, diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
http://bem-stkiphamzanwadiselong.blogspot.com/2012/08/bintang-maha-putra-utama-untuk-tgkh-m.html, diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
[1] Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan
Religius: Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2004), h. 123.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zainuddin_Abdul_Madjid, diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
[3] Ibid.
[4]
http://bem-stkiphamzanwadiselong.blogspot.com/2012/07/profile-muhammad-zainuddin-abdul-madjid.html,
diakses pada tanggal 5 Nopember 2012.
[5] Tim
Penyusun, Maulana Syaikh dalam Lintasan Sejarah dan Perjuangannya
(Lombok Timur: Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits NW Pancor, 2012), h. 7.
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zainuddin_Abdul_Madjid,
diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
[7] Ibid.
[8] http://kiosmustika.blogspot.com/2012/03/biografi-singkat-hamzanwadi.html,
diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
[9] http://krens1024.wordpress.com/2011/03/15/biografi-kiai-haji-muhammad-zainuddin-abdul-majid/,
diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
[10]
http://bem-stkiphamzanwadiselong.blogspot.com/2012/07/profile-muhammad-zainuddin-abdul-madjid.html,
diakses pada tanggal 5 Nopember 2012.
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zainuddin_Abdul_Madjid,
diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
[12]
Rihifuddin Naji, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam Potret NW Masa
Depan (Selong Lombok Timur: Biro
Dakwah YPHPPD NW Pancor, 2001), h. 105.
[13] Afifuddin
Adnan, Diktat Pelajaran Ke-NW-an (Selong Lombok Timur: Biro Dakwah
YPHPPD NW Pancor, tt), h. 11.
[14] Ibid.
[15]
Rahifuddin Naji, TGKH. Muhammad Zainuddin…, h. 105-106.
[16] Muhammad
Yusuf, Sejarah Ringkas Perguruan NWDI, NBDI, dan NW (Pancor Selong Lombok Timur NTB, 1976), h. 5.
Lihat juga Rahifuddin Jani, TGKH. Muhammad Zainuddin…, h. 106.
[17] Rahifuddin
Naji, TGKH. Muhammad Zainuddin…, h. 106.
[18] Ibid,
h. 146.
[19] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zainuddin_Abdul_Madjid,
diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
[20] Ibid.
[21]
http://bem-stkiphamzanwadiselong.blogspot.com/2012/07/profile-muhammad-zainuddin-abdul-madjid.html,
diakses pada tanggal 5 Nopember 2012.
[22] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zainuddin_Abdul_Madjid,
diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
[23] Ibid.
[24]
Fathurrahman Muhtar, Konflik dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam di
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur Nusa Tenggara Barat,
Disertasi (Surabaya: PPs IAIN Sunan Ampel, 2010), h. 2.
[25]
Dr. TGH. Muhammad Zainul Madji, MA, atau akrab dipanggil Tuan Guru Bajang
diberi penghargaan sebagai Gubernur Termuda di Indonesia oleh Museum Rekor
Dunia Indonesia diberikan Bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda
28 Oktober 2009, lihat http://bem-stkiphamzanwadiselong.blogspot.com/2012/08/bintang-maha-putra-utama-untuk-tgkh-m.html,
diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
No comments:
Post a Comment