HIDUP BERMASYARAKAT HARUS SALING MENGHARGAI
(Buletin Remas Baiturrahman, Edisi
VIII,
17 Juni
2011
M / 15 Rajab
1432 H)
OLEH : ZULKIFLI, S.Pd.I
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan
antara yang satu dengan yang lain. Seseorang tidak akan bisa hidup sendiri. Dia
pasti membutuhkan bantuan atau sumbangsih dari orang lain, baik dalam bentuk
harta, tenaga, pikiran, maupun yang lainnya.
Misalnya, ketika kita ingin makan nasi, maka kita
membutuhkan jasa para petani. Karena nasi itu berasal dari beras, dan beras
berasal dari padi. Sementara padi itu dihasilkan oleh para petani. Ketika kita
ingin makan daging sapi, kambing atau ayam, maka kita membutuhkan jasa para
peternak hewan. Dan ketika ia ingin makan ikan laut, maka ia membutuhkan jasa
para nelayan. Demikian juga halnya dengan kebutuhan pakaian dan tempat tinggal,
kita sangat membutuhkan jasa para penjahit dan tukang bangunan.
Oleh karena itu, dalam hidup bermasyarakat kita harus
saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Saling tolong-menolong antar
sesama. Kita harus membiasakan diri untuk bermasyarakat, karena kita adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan. Jangan sampai karena sibuk mencari
harta, kita mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat.
Bila kita tidak mau bersosialisasi dengan warga
masyarakat, maka hidup kita akan sengsara, tidak akan pernah bahagia. Tidak ada
seorangpun warga yang mau membantu kita bila kita tidak mau membantu orang
lain. Apabila kita ingin mengadakan sebuah acara, seperti yasinan, slakaran,
syukuran, dan lain-lain, pasti kita membutuhkan bantuan para tetangga dan
menginginkan para warga untuk menghadiri undangan kita. Bila sebelumnya kita
tidak pernah membantu tetangga dan tidak pernah menghadiri undangan warga, maka
siapa yang akan membantu kita dan siapa yang akan mau menghadiri undangan kita?
Manusia diciptakan secara berpasangan, ada laki-laki ada
perempuan. ada yang kaya ada yang
miskin, ada yang berpangkat ada yang tidak punya pangkat, ada yang memiliki
banyak gelar ada yang tidak punya gelar
sama sekali. Mereka diciptakan dengan berbagai
karakter, tingkah laku, budaya, suku dan bahasa yang berbeda-beda supaya
mereka bisa saling mengenal. Sesungguhnya kemuliaan seseorang itu tidak
ditentukan oleh banyaknya gelar yang ia raih, tingginya jabatan yang ia punyai,
melimpahnya harta yang ia miliki, dan sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya
orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Maka dalam
kehidupan bermasyarakat seyogianya kita saling menghargai dan menghormati,
jangan kita menyombongkan diri di hadapan orang lain, menganggap diri lebih
mulia dan lebih terhormat dari yang lain. kita tidak boleh mencari-cari
kesalahan orang lain, juga tidak boleh mencela atau menghina orang lain, karena
bisa jadi ia lebih baik dan lebih mulia dari kita. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang
direndahkan itu lebih baik dari mereka. dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan panggilan yang mengandung ejekan.
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena
sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Al-Hujuraat: 11-13)
Dalam Islam, sikap menghargai orang lain merupakan identitas seorang Muslim sejati. Seorang yang mengakui dirinya
Muslim, harus mampu
menghargai orang lain. Baginda
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tidak termasuk golongan umatku orang
yang tidak menghormati mereka yang lebih tua dan tidak mengasihi mereka yang lebih muda darinya, serta
tidak mengetahui hak-hak orang berilmu.”
(HR. Ahmad).
Sekarang mari kita renungkan sebuah kisah antara dua
orang sahabat. Yang satunya sudah menjadi seorang professor dan yang satunya
lagi hanya menjadi seorang nelayan.
Suatu hari bertemulah dua orang
sahabat lama di kampung pesisir sebuah pantai. Keduanya dulu sahabat di bangku SD dan SMP. Atas perjalanan sang
waktu dan kesempatan maka selepas dari SMP mereka menjalani kehidupan
masing-masing, yang satu pergi merantau ke kota untuk meneruskan jenjang
pendidikannya hingga menjadi Professor dan yang satunya lagi
tetap tinggal di kampung nelayan menjalani kehidupan menjadi nelayan sejati.
Rentang waktu beberapa puluh tahun maka suatu hari Sang Professor pulang
kampung mengunjungi sanak-saudara dan keluarga beserta teman-teman lamanya. Bertemulah kedua sahabat itu dan kemudian
saling melepas kangen. Sebagai bentuk reuni mereka maka teman yang berprofesi
sebagai nelayan mengajak temannya yakni Sang Professor untuk naik perahu kecil
memancing ikan ke tengah lautan.
Dalam perjalanan ke tengah laut terjadilah dialog yang menarik antara dua
kawan lama ini.
“Apa kamu bisa berbahasa
inggris?”, tanya sang professor kepada si nelayan.
“Wah, terus terang saja saya
tidak sempat belajar bahasa Inggris karena saya hanya belajar sampai SMP dan
kemudian menjadi nelayan setiap pagi dan sore.” jawab si nelayan dengan ringan
dan sedikit malu-malu.
“Rugi sekali kamu tidak bisa
bahasa Inggris, dengan bahasa Inggris kamu bisa mempelajari aneka ilmu,
berkeliling dunia, merantau dan bisa menjadikan kamu kaya raya. Sebaliknya
jika kamu tidak bisa bahasa Inggris berarti kamu sudah kehilangan 50% hidupmu”,
saut sang professor dengan nada yang mulai menampakkan keunggulan dan kesombongannya.
Kemudian professor bertanya lagi, “Kalau ilmu matematika kamu bisa
tidak?”.
Dengan malu yang makin besar, maka suara lirih sang nelayan menjawab,
“Apalagi ilmu matematika, kamu tentu tahu sendiri lah dengan bekal saya cuma lulusan SMP pasti tidak
tahu banyak tentang Matematika”. Jawaban si nelayan menjadikan sang professor
makin besar kepala dan merasa lebih dari sahabat lamanya.
Tiba di tengah laut tiba-tiba
cuaca berubah menjadi mendung, dan ombak hujan bercampur angin lebat menerpa
perahu kecil kedua sahabat tersebut.
Melihat kondisi ini sang professor menjadi sangat ketakutan dan memegang
erat-erat tepian perahu.
“Tenang saja kawan, ombak ini insya Allah tidak akan membinasakan kita.
Ini biasa terjadi kalau cuaca seperti ini”, celetuk si nelayan memberikan
penerangan kepada sang professor.
“Kita tidak usah takut. Jika ombak menghempaskan perahu ini maka kita
tinggal berenang beberapa ratus meter dari sini, maka kita akan sampai ke
daratan pantai”, tambah si nelayan.
Mendengar ucapan itu maka makin takutlah sang professor dan mendekap erat
si nelayan.
Sang professor kemudian berkata, “Justru karena saya tidak bisa berenang
maka saya takut jika perahu ini terbalik dan ombak menghempasakan kita di
tengah laut”, berkata dengan penuh ketakutan.
“Wah percuma kamu jadi
professor jika tidak bisa berenang, kalau tidak bisa bahasa Inggris dan
Matematika tadi kamu katakan akan kehilangan 50% hidupmu, tapi jika saat ini
kamu tidak bisa berenang maka kamu akan kehilangan 100% hidupmu”.
Dari kisah di atas, dapatlah
kita memetik pelajaran, bahwa setiap orang itu memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, tidak ada seorang makhluk pun yang sempurna tanpa ada
kekurangan. Oleh karena itu, jika kita mempunyai kelebihan maka kita tidak
boleh mencela dan menghina kekurangan orang lain karena bisa jadi kita banyak
kelebihan di satu sisi tapi banyak juga kekurangan di sisi yang lain. Dan kita
dalam hidup bermasyarakat harus saling mengisi, saling menghormati dan saling menghargai supaya
kehidupan bermasyarakat kita menjadi aman, nyaman, rukun, dan sejahtera.
Wallahu A’lamu Bishshawaab.
No comments:
Post a Comment