SUKSES SEJATI BERAWAL DARI INSTROSPEKSI DIRI
(Buletin At-Tajdid, Edisi III, 29 Januari 2010
M / 14 Shafar
1431 H)
BY: Zulkifli, S.Pd.I
Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk
memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun
kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak
efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.
Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang
diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering menginginkan agar sekolah
kita ini berubah, menjadi sekolah yang maju dan berkualitas layaknya
sekolah-sekolah unggulan. Tapi, pada saat yang bersamaan, ternyata kita sendiri
tidak mau merubah diri kita, tidak mau memperbaiki sikap dan perilaku kita,
tidak mau mentaati peraturan sekolah, tidak mau disiplin, dan tidak mau serius
dalam mengembangkan potensi yang kita miliki. Kita hanya bisa mengkritik kekurangan orang lain meskipun kekurangannya
itu sedikit, tetapi kita jarang menyadari kekurangan yang ada pada diri kita,
padahal kekurangan kita itu sangat banyak. Ini sesuai dengan peribahasa yang
mengatakan “Semut di seberang lautan tampak, tapi gajah di pelupuk mata
tidak kelihatan”.
Jangankan mengubah Sekolah, mengubah diri kita sendiri saja tidak mampu. Kita
sangat menginginkan siswa-siswa berubah, lebih rajin, lebih disiplin, tapi
kenapa merubah sikap kita sendiri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita
tidak pernah punya waktu yang cukup untuk bersungguh-sungguh merubah diri
sendiri. Kita hanya sibuk mengkritik orang lain.
Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan
itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya
untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri,
justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih
luas.
Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita
membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding,
memikirkan genteng, memikirkan tiang sehebat apapun, kalau pondasinya tidak
pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya
kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat
kekurangan diri.
Pemimpin manapun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian
mengubah dirinya. Orang sukses manapun bakal roboh kalau dia tidak punya
keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani
mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang
yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang
sukses sejati.
Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang
berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang
yang tidak punya apa-apa sekalipun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat
kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis,
lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang
besar. Calon orang yang sukses sejati.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia
tidak mengucap sepatah katapun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi
ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita
memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya.
Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan
dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama,
bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya
seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi
bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh
lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil.
Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut.
Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan sejati diawali
dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Amien ya Rabbal
‘Alamin…
Setelah
melihat kekurangan yang ada pada diri kita, maka kita dapat membuat rencana
untuk memperbaiki diri. Akan tetapi yang sering menjadi kendala adalah
kesalahan persepsi dalam memahami konsep perubahan. Kita sering membuat
statement “Gimana kita bisa menjadi guru profesional sementara pemerintah
jarang memberikan kita kesempatan untuk pelatihan, seminar, workshop, dan lain
sebagainya. Kita hanya mengandalkan orang lain untuk merubah diri kita. Padahal
sebenarnya tidak ada seorangpun yang dapat merubah nasib kita kecuali diri kita
sendiri. Hal ini sudah ditegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11 yang berbunyi:
إِنَّ اللهَ لَا
يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Memang orang lain dapat memberikan andil yang dalam
perubahan diri diri, akan tetapi bila kita sendiri tidak mau berubah,
bagaimanapun seseorang berusaha merubah kita maka itu akan sia-sia saja. Karena
perubahan itu akan terjadi bagi orang-orang yang mau merubah dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment