Home Mengasah Spiritual Mencerdaskan Intelektual: SELAGI MASIH BULAN SYAWWAL

2012/06/12

SELAGI MASIH BULAN SYAWWAL


SELAGI MASIH BULAN SYAWWAL
(Buletin At-Tajdid, Edisi Perdana, 6 September 2009 M / 17 Syawwal 1430 H)
BY: Zulkifli, S.Pd.I

Syawwal secara bahasa berarti peningkatan. Dari arti ini dapat dimaknai bahwa bulan Syawwal adalah bulan peningkatan amal kebajikan. Pada bulan Ramadhan kita sudah membakar semua dosa dan kejelekan dengan amal kebajikan yang kita lakukan pada bulan tersebut seperti puasa sebulan penuh, shalat tarawih dan shalat witir setiap malam, tadarrus Al-Qur’an dan beri’tikaf di masjid. Semua amal kebajikan  ini dapat menghapus dosa-dosa kita dan dapat membersihkan kita dari sifat-sifat tercela.
Setelah kita membersihkan diri dari semua dosa dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela selama bulan Ramadhan, maka tibalah saatnya pada bulan Syawwal ini, kita berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan amal kebajikan kita baik kualitas maupun kuantitasnya.
Bulan Syawwal adalah bulan peningkatan amal kebajikan. Dikatakan “peningkatan” karena kita dianggap sudah terbiasa melakukan amal kebajikan pada bulan sebelumnya yaitu pada bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan itu, kita berusaha sekuat tenaga untuk melakukan amal shaleh seperti berpuasa, shalat tarawih, shalat witir, shalat tahajjud, tadarrus Al-Qur’an, bersedekah, dan lain sebagainya. Dengan semua amal kebajikan yang kita lakukan di bulan Suci Ramadhan itu, insya Allah, dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah SWT dan kita akan menjadi bersih dari dosa dan noda seperti bayi yang baru lahir, masih suci belum pernah melakukan dosa atau kesalahan apapun. Setelah kita terlahir kembali dalam keadaan suci dari dosa dan noda, maka pada bulan Syawwal ini kita diperintahkan untuk menghias diri dengan meningkatkan amal kebajikan kita dan menjauhi semua perbuatan dosa yang pernah kita lakukan dahulu sebelum bulan suci Ramadhan.
Kalau hal ini kita lakukan, niscaya kita akan menjadi orang-orang yang beruntung. Tapi, kalau kita kembali lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa yang dahulu pernah kita kerjakan sebelum bulan suci Ramadhan, maka kita akan menjadi orang-orang yang rugi.
Sebagai analogi, misalnya seorang cewek yang sudah bekerja keras dari pagi sampai sore hari sehingga pakaiannya menjadi kotor dan tubuhnya penuh keringat. Kemudian setelah sampai di rumah si cewek ini bergegas untuk mandi memakai sabun dan alat pembersih lainnya. Setelah selesai mandi, si cewek ini memakai baju, tentunya ia memakai baju yang bersih bukan baju kotor yang sudah dipakainya bekerja seharian itu. Di samping itu, si cewek ini tidak lupa berhias diri, memakai make up, hand and body lotion, lipstick, dan alat kecantikan lainnya. Ini dilakukan supaya kelihatan lebih bersih dan lebih cantik sehingga kelihatan jauh berbeda pada waktu sebelum ia mandi dan setelahnya. Seandainya si cewek tadi, setelah selesai mandi lalu memakai kembali pakaian kotor yang sudah dipakainya bekerja seharian itu dan ia juga tidak berhias diri, tidak memakai make up, hand and body lotion, lipstick, atau alat kecantikan lainnya, maka orang-orang akan mengira bahwa si cewek itu belum mandi dan tidak bisa menjaga kebersihan dan kecantikan dirinya. Di samping itu, orang-orang juga akan mengatakan cewek itu kotor sekali, cewek itu kampungan, teman-temannya pasti akan menjauhinya dan cowok-cowok pasti tidak mau mendekati apalagi naksir kepadanya.
Orang yang membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa pada bulan suci Ramadhan, kemudian kembali lagi melakukan perbuatan-perbuatan dosa tersebut di bulan Syawwal, maka tak ubahnya seperti seseorang yang kotor badan dan pakaiannya, kemudian mandi dan membersihkan dirinya. Setelah itu, ia kembali lagi memakai pakaian yang kotor tadi dan melakukan aktifitas yang dapat membuatnya kotor kembali.
Mari kita berhenti sejenak dan merenungkan baik-baik uraian singkat tentang makna bulan Syawwal di atas.
Seandainya kita dapat mengaplikasikan makna dari bulan Syawwal tersebut dalam proses pembelajaran, insya Allah Pondok Pesantren kita ini akan semakin maju dan dapat bersaing dengan sekolah-sekolah negeri.
Misalnya kita selaku guru yang dulunya mungkin sering datang terlambat, tidak disiplin dan kurangnya kesadaran untuk mengembangkan serta memajukan pondok kita ini, bekerja jika dan hanya jika diawasi oleh atasan atau guru lain, maka tibalah saatnya, mulai hari ini kita berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kedisiplinan kita, berusaha untuk datang tepat waktu, bekerja dengan kesadaran diri meskipun tidak ada yang mengawasi atau mengetahui kebaikan yang kita lakukan karena Allah Maha Tahu dan Maha Mengawasi.
Begitu juga bagi santri-santriwati khususnya di Pondok Pesantren Al-Raisiyah ini, diharapkan untuk meningkatkan kedisiplinannya, datang dan pulang sesuai jadwal, berdoa sebelum dan setelah selesai belajar, membersihkan kelas setiap pagi sebelum bel masuk berbunyi, menghormati guru, mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan guru yang ditemuinya, dan yang terpenting bagi santri-santriwati adalah belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh.
Demikianlah yang dapat penulis uraikan dalam buletin ini, Selagi Masih Bulan Syawwal, mari kita meningkatkan amal kebajikan kita, wa bil khusus kinerja kita untuk meningkatkan mutu pendidikan di pondok kita tercinta ini. 
Akhirnya, sebagai insan biasa penulis tetap menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan karya-karya tulis berikutnya. Dan semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi bekal bagi kita semua dalam menata hidup yang lebih baik selama sebelas bulan ke depan. Amien Yaa Rabbal Aalamiin.
Wallahu A’lamu Bishshawab.

No comments:

Post a Comment