SELAGI
MASIH BULAN SYAWWAL
(Buletin At-Tajdid, Edisi
Perdana, 6 September 2009 M / 17 Syawwal 1430 H)
BY: Zulkifli, S.Pd.I
Syawwal secara bahasa berarti peningkatan. Dari arti ini dapat dimaknai
bahwa bulan Syawwal adalah bulan peningkatan amal kebajikan. Pada bulan
Ramadhan kita sudah membakar semua dosa dan kejelekan dengan amal kebajikan
yang kita lakukan pada bulan tersebut seperti puasa sebulan penuh, shalat
tarawih dan shalat witir setiap malam, tadarrus Al-Qur’an dan beri’tikaf di
masjid. Semua amal kebajikan ini dapat
menghapus dosa-dosa kita dan dapat membersihkan kita dari sifat-sifat tercela.
Setelah kita membersihkan diri dari semua dosa dan menjauhkan diri dari
sifat-sifat tercela selama bulan Ramadhan, maka tibalah saatnya pada bulan
Syawwal ini, kita berupaya semaksimal
mungkin untuk meningkatkan amal kebajikan kita baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Bulan Syawwal adalah bulan peningkatan amal kebajikan. Dikatakan
“peningkatan” karena kita dianggap sudah terbiasa melakukan amal kebajikan pada
bulan sebelumnya yaitu pada bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan itu, kita
berusaha sekuat tenaga untuk melakukan amal shaleh seperti berpuasa, shalat
tarawih, shalat witir, shalat tahajjud, tadarrus Al-Qur’an, bersedekah, dan
lain sebagainya. Dengan semua amal kebajikan yang kita lakukan di bulan Suci
Ramadhan itu, insya Allah, dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah SWT dan kita
akan menjadi bersih dari dosa dan noda seperti bayi yang baru lahir, masih suci
belum pernah melakukan dosa atau kesalahan apapun. Setelah kita terlahir
kembali dalam keadaan suci dari dosa dan noda, maka pada bulan Syawwal ini kita
diperintahkan untuk menghias diri dengan meningkatkan amal kebajikan kita dan
menjauhi semua perbuatan dosa yang pernah kita lakukan dahulu sebelum bulan
suci Ramadhan.
Kalau hal ini kita lakukan, niscaya kita akan menjadi orang-orang yang
beruntung. Tapi, kalau kita kembali lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa
yang dahulu pernah kita kerjakan sebelum bulan suci Ramadhan, maka kita akan
menjadi orang-orang yang rugi.
Sebagai analogi, misalnya seorang cewek yang sudah bekerja keras dari
pagi sampai sore hari sehingga pakaiannya menjadi kotor dan tubuhnya penuh
keringat. Kemudian setelah sampai di rumah si cewek ini bergegas untuk mandi
memakai sabun dan alat pembersih lainnya. Setelah selesai mandi, si cewek ini
memakai baju, tentunya ia memakai baju yang bersih bukan baju kotor yang sudah
dipakainya bekerja seharian itu. Di samping itu, si cewek ini tidak lupa
berhias diri, memakai make up, hand and body lotion, lipstick, dan alat
kecantikan lainnya. Ini dilakukan supaya kelihatan lebih bersih dan lebih
cantik sehingga kelihatan jauh berbeda pada waktu sebelum ia mandi dan
setelahnya. Seandainya si cewek tadi, setelah selesai mandi lalu memakai
kembali pakaian kotor yang sudah dipakainya bekerja seharian itu dan ia juga
tidak berhias diri, tidak memakai make up, hand and body lotion, lipstick, atau
alat kecantikan lainnya, maka orang-orang akan mengira bahwa si cewek itu belum
mandi dan tidak bisa menjaga kebersihan dan kecantikan dirinya. Di samping itu,
orang-orang juga akan mengatakan cewek itu kotor sekali, cewek itu kampungan,
teman-temannya pasti akan menjauhinya dan cowok-cowok pasti tidak mau mendekati
apalagi naksir kepadanya.
Orang yang membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa pada bulan
suci Ramadhan, kemudian kembali lagi melakukan perbuatan-perbuatan dosa
tersebut di bulan Syawwal, maka tak ubahnya seperti seseorang yang kotor badan
dan pakaiannya, kemudian mandi dan membersihkan dirinya. Setelah itu, ia
kembali lagi memakai pakaian yang kotor tadi dan melakukan aktifitas yang dapat
membuatnya kotor kembali.
Mari kita berhenti sejenak dan merenungkan baik-baik uraian singkat
tentang makna bulan Syawwal di atas.
Seandainya kita dapat mengaplikasikan makna dari bulan Syawwal tersebut
dalam proses pembelajaran, insya Allah Pondok Pesantren kita ini akan semakin
maju dan dapat bersaing dengan sekolah-sekolah negeri.
Misalnya kita selaku guru yang dulunya mungkin sering datang terlambat,
tidak disiplin dan kurangnya kesadaran untuk mengembangkan serta memajukan
pondok kita ini, bekerja jika dan hanya jika diawasi oleh atasan atau guru
lain, maka tibalah saatnya, mulai hari ini kita berusaha semaksimal mungkin
untuk meningkatkan kedisiplinan kita, berusaha untuk datang tepat waktu,
bekerja dengan kesadaran diri meskipun tidak ada yang mengawasi atau mengetahui
kebaikan yang kita lakukan karena Allah Maha Tahu dan Maha Mengawasi.
Begitu juga bagi santri-santriwati khususnya di Pondok Pesantren
Al-Raisiyah ini, diharapkan untuk meningkatkan kedisiplinannya, datang dan
pulang sesuai jadwal, berdoa sebelum dan setelah selesai belajar, membersihkan
kelas setiap pagi sebelum bel masuk berbunyi, menghormati guru, mengucapkan
salam dan berjabat tangan dengan guru yang ditemuinya, dan yang terpenting bagi
santri-santriwati adalah belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh.
Demikianlah yang dapat penulis uraikan dalam buletin ini, Selagi Masih
Bulan Syawwal, mari kita meningkatkan amal kebajikan kita, wa bil khusus
kinerja kita untuk meningkatkan mutu pendidikan di pondok kita tercinta
ini.
Akhirnya, sebagai insan biasa penulis tetap menyadari bahwa tidak ada
yang sempurna, kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan demi perbaikan karya-karya tulis berikutnya. Dan semoga uraian singkat
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi bekal bagi kita semua
dalam menata hidup yang lebih baik selama sebelas bulan ke depan. Amien Yaa
Rabbal Aalamiin.
Wallahu A’lamu Bishshawab.
No comments:
Post a Comment