HAKIKAT DAN MANFAAT MENUNTUT ILMU
(Buletin Remas Baiturrahman, Edisi
V, 27 Mei 2011 M / 24 Jumadil Akhir
1432 H)
OLEH : ZULKIFLI, S.Pd.I
Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi kaum
muslimin, baik wanita maupun pria, tua atau muda. Dalam sebuah hadits Nabi
bersabda:
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة.
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim
baik laki-laki maupun perempuan.”
Menuntut ilmu bukan hanya kewajiban, tapi juga merupakan
kebutuhan kita, yang apabila tidak kita penuhi akan memberi dampak bagi
kelangsungan hidup kita sendiri. Menuntut ilmu dalam hal ini tidak dibatasi
hanya ilmu-ilmu agama seperti fiqih, Al-Qur’an, hadits, tafsir, akidah, akhlak,
dll, tetapi mencakup segala macam ilmu, seperti ilmu mande (membuat
perhiasan), ilmu kaligrafi, ilmu beladiri, ilmu bisnis, ilmu kedokteran, ilmu
hukum, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, ilmu bahasa, dsb. Intinya, kita diperintahkan untuk mempelajari
ilmu apapun sesuai dengan minat dan bakat kita. Sebagaimana diisyaratkan di
dalam Al-Qur’an surat al-Alaq ayat 1-5 yang artinya: "Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya."
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa wahyu pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 seperti yang
sudah kita baca tadi. Dari
ayat itu kita dapat mengetahui bahwa perintah pertama yang diberikan kepada
Nabi Muhammad SAW adalah membaca. Membaca segala sesuatu baik yang tersurat
seperti yang ada di dalam Al-Qur'an, buku-buku, koran, majalah, artikel,
buletin dan lain-lain maupun yang tersirat di alam semesta ini, seperti membaca
sifat dan karakter manusia, membaca keadaan alam semesta, membaca perubahan
cuaca dan iklim bumi dan lain sebagainya.
Pada ayat
pertama surat
Al-Alaq di atas, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk membaca tanpa
menyebutkan apa yang harus dibaca. Padahal kata membaca itu adalah kata kerja
transitif yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Namun, dalam ayat di atas
tidak disebutkan objeknya. Ini mengisyaratkan kepada kita bahwa yang harus kita
baca atau yang harus kita pelajari itu tidak terbatas, tidak hanya ilmu-ilmu
agama, tetapi kita diperintahkan juga untuk membaca atau mempelajari segala
macam ilmu sesuai dengan kemampuan kita. Seperti ilmu kedokteran, fisika,
kimia, biologi, matematika, bahasa, seni, budaya, dll.
Perintah
membaca diulangi lagi pada ayat ketiga. Ini merupakan dorongan untuk
meningkatkan minat baca. Kenapa bisa demikian? Karena perintah kedua ini
menjanjikan manfaat yang diperoleh dari bacaan. Allah menjanjikan bahwa pada
saat membaca "hanya karena Allah", maka Allah akan menganugerahkan
kepadanya ilmu pengetahuan, pemahaman-pemahaman, dan wawasan-wawasan baru.
Kemudian
pada ayat keempat Allah menjelaskan bahwa dengan perantaraan kalam terjadi
proses belajar-mengajar antar manusia, hubungan dan komunikasi antar sesama,
sehingga pengetahuan seseorang dapat ditransfer kepada orang lain. Hasil kalam
yang berupa tulisan dan data bisa dikembangkan lagi menjadi berbagai bentuk
informasi konkret
sehingga tugas manusia untuk memakmurkan dunia dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya semakin dapat terpenuhi.
Demikian
perintah membaca merupakan perintah yang paling awal dan paling berharga yang
dapat diberikan kepada umat manusia. Hal itu disebabkan karena membaca
merupakan jalan yang menghantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaan yang
sempurna. Atau dengan kata lain, dengan membaca manusia dapat membangun sebuah
peradaban yang maju, karena semakin luas pembacaan, maka semakin tinggi pula
peradabannya.
Membaca merupakan salah satu bagian terpenting dari proses pendidikan.
Sehingga dapat kita katakan bahwa perintah yang pertama kali diberikan kepada
manusia yaitu Nabi Muhammad SAW adalah melaksanakan proses pendidikan. Pendidikan
itu dilakukan sebagai upaya dalam proses penyiapan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Pendidikan merupakan hal
yang terpenting dalam pembangunan suatu bangsa. Melalui pendidikan, orang akan
dapat melakukan perubahan. Melalui pendidikan dapat mengurangi kemiskinan;
meningkatkan kesejahteraan; memajukan perekonomian; meningkatkan keamanan dan
ketertiban, dan yang terpenting adalah meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Pendidikan sebenarnya bertujuan untuk memanusiakan manusia. Artinya bagaimana
kita mengolah segala potensi yang ada dalam diri kita, meningkatkan sumber daya
yang kita miliki sehingga kehidupan kita akan menjadi lebih baik.
Sebagai contoh, dengan adanya pendidikan kedokteran akan melahirkan
orang-orang ahli dalam bidang kedokteran, berkualitas dan profesional di
bidangnya. dan akhirnya semua pihak akan merasakan manfaatnya. Jadi dengan
adanya pendidikan kedokteran maka akan memudahkan manusia mengetahui kondisi
kesehatannya.
Contoh lain, dengan adanya pendidikan hukum, maka keamanan dan ketertiban
hidup manusia akan menjadi lebih baik. Begitu juga dengan pendidikan-pendidikan
yang lain, seperti pendidikan fisika, biologi, kimia, ekonomi, sejarah, seni dan lain sebagainya dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Dengan adanya berbagai macam pendidikan maka sumber daya manusia akan
semakin berkualitas karena pendidikan dapat mengatasi berbagai masalah
kehidupan. Seperti masalah kesehatan, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pendidikan juga dapat mengangkat derajat, harkat dan martabat manusia
sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an surat Al-Mujadilah ayat 11: "Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Jelaslah dalam ayat di atas bahwa orang yang berilmu akan diangkat
derajatnya baik di sisi Allah maupun di hadapan sesama manusia. Oleh karena
itu, hendaklah kita senantiasa menuntut ilmu sepanjang umur kita dan mencintai
ilmu pengetahuan supaya kita tidak termasuk golongan orang-orang yang celaka
sebagaimana sabda Nabi SAW:
كن عالما أو متعلما أو مستمعا
أو محبا ولا تكن خامسا فتهلك (رواه البيهقى)
"Jadilah kamu
orang pandai, pelajar, pendengar, atau pecinta. Dan janganlah kamu menjadi
orang kelima sebab kamu akan binasa." (HR. Al-Baihaqi).
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang muslim itu harus pandai (alim),
bisa mengajar orang lain. Bila belum mampu, jadilah penuntut ilmu dulu atau
belajar dulu kepada orang lain, sekolah atau kuliah. Apabila tidak mampu
belajar karena biaya dan lain sebagainya, maka jadilah pendengar yang setia,
mendengarkan informasi dari radio, televisi, pergi ke majlis-majlis ta'lim, dan
sebagainya. Bila itu semua tidak mampu kita lakukan karena suatu sebab maka
hendaknya kita menjadi pecinta, yaitu mencintai ilmu yang dimiliki oleh orang
lain, mencintai orang pandai, pelajar, dan pendengar ilmu pengetahuan. Dan
jangan sampai kita menjadi golongan yang kelima yaitu pembenci, yakni benci
ilmu, benci orang pandai, dan benci kepada penuntut ilmu. Karena kalau kita
membenci ilmu pengetahuan maka kita akan binasa sebab tidak tahu apa-apa. Naudzubillahi
min dzalik.
Demikianlah Allah menjelaskan betapa mulianya kedudukan ilmu pengetahuan
karena dengan ilmu pengetahuan manusia mampu menggali segala potensi dan sumber
daya yang dimilikinya. Dengan ilmu
pengetahuan hidup manusia akan lebih mudah, tenang, aman, damai, dan
bahagia.
Wallahu A’lamu Bishshawaab.
No comments:
Post a Comment