Home Mengasah Spiritual Mencerdaskan Intelektual: METODE EKLEKTIK

2012/05/04

METODE EKLEKTIK


METODE EKLEKTIK
(AL-THARIQAH AL-INTIQA'IYYAH)
PENDAHULUAN
 Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak akan lepas dari metode yang akan dipakai karena metode pengajaran merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pengajaran. Peran suatu metode sangatlah besar dalam suatu pengajaran dan bersangkutan juga dengan siswa yang menjadi objek pengajaran.  Tepat tidaknya guru dalam memilih metode pengajaran adalah salah satu faktor keberhasilan seorang guru.
Banyak sekali metode-metode dalam pengajaran bahasa yang sesungguhnya memiliki perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya yang mungkin diakibatkan oleh teori-teori bahasa yang berbeda, jenis-jenis deskripsi bahasa yang beragam dan ide-ide yang beraneka tentang belajar bahasa termasuk bahasa Arab.
Setiap metode memiliki segi-segi kekuatan dan kelemahan. Sebuah metode lahir karena ketidakpuasan terhadap metode lain sebelumnya, tapi pada waktu yang sama metode baru itu terjebak dalam kelemahan yang dahulu menjadi penyebab lahirnya metode yang dikritiknya itu. Metode-metode datang silih berganti dengan kekuatan dan kelemahan yang datang silih berganti pula.
Pada sisi lain, pengajaran bahasa asing pasti menghadapi kondisi objektif yang berbeda-beda antara satu negeri dan negeri yang lain, antara satu lembaga dan lembaga lain, antara satu kurun waktu dan kurun waktu yang lain. Kondisi objektif itu meliputi tujuan pengajaran, keadaan guru, keadaan siswa, sarana prasarana, dan lain sebagainya.
Ma`had li Ta` lim al-Lughah al-`Arabiyyah, sebuah Institut Bahasa Arab ternama, di bawah naungan Universitas Islam Muhammad bin Sa`ud di Saudi Arabia, menjelaskan, kesulitan bahasa Arab yang dikeluhkan oleh pelajar atau pengajar, bukan dihasilkan dari tabiat (sifat alami) bahasa Arab. Tetapi disebabkan oleh kelemahan metode pengajaran. Jadi, kalau seandainya bahasa Arab dirasakan susah, bukan hanya oleh pelajar, tetapi juga oleh pengajar, permasalahannya terletak pada kelemahan metode yang digunakan. 
Dalam pembelajaran bahasa Arab, ada banyak metode yang dapat digunakan, antara lain: metode gramatika-terjemah (thariqah al-qawa'id wa al-tarjamah), metode membaca (thariqah al-qira'ah), metode langsung (thariqah al-qira'ah), metode simak-ucap (al-thariqah al-sam'iyyah al-syafawiyyah), dan sebagainya. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. tidak ada metode yang sempurna. antara metode yang satu dengan metode yang lain saling melengkapi. Sehingga dibutuhkan sebuah metode gabungan dalam sebuah pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu dengan menggabungkan antara metode yang satu dengan metode yang lain, atau dengan memilih beberapa metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Metode gabungan ini dalam bahasa arab sering disebut dengan al-Thariqah al-Intiqa'iyyah (metode eklektik). Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis ingin mengulas sekelumit tentang metode eklektik.

PENGERTIAN METODE EKLEKTIK
Bahasa Arab merupakan bahasa asing yang mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan bahasa asing lainnya. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan bahasa Arab harus dapat memilih metode yang tepat demi tercapainya tujuan yang diharapkan, di lain itu siswa berbeda kemampuan. Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif agar anak didik dapat memahami pelajaran yang disampaikan.
Dalam pembelajaran bahasa Arab para guru tidak selalu berpegang teguh pada satu metode, namun mereka lebih memilih metode yang relevan yang sesuai dengan sifat materi yang diajarkan. Dan di dalam mengajarkan suatu pelajaran bahasa Arab terdapat beberapa metode yang digunakan. Dari bermacam-macam metode tersebut mungkin seorang pengajar memerlukan dua atau tiga metode dalam suatu proses pengajaran di kelas karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.  
Uraian-uraian di atas (seperti kalimat “dalam pengajaran bahasa Arab harus dapat memilih metode yang tepat …..”, “mereka memilih metode yang relevan  …..” dan kalimat “dari bermacam-macam metode tersebut mungkin seorang pengajar memerlukan dua atau tiga metode …..”) merupakan istilah lain dari eklektik.
Menurut etimologinya, kata eklektik berarti pemilihan dan penggabungan. Sedangkan secara terminologi, dalam referensi yang kami baca kami belum menemukan pengertian yang secara langsung menjelaskan tentang arti terminologi dari eklektik atau metode eklektik itu sendiri.
Akan tetapi, dari arti etimologi “eklektik” dan beberapa uraian di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa metode eklektik itu adalah metode pilihan dan gabungan dari dua metode atau lebih. Di dalam bahasa Arab  metode ini disebut dengan beberapa nama, antara lain:
الطريقة الإنتقائية، الطريقة المختارة، الطريقة التوفيقية، الطريقة المزدوجة
ASUMSI YANG MENDASARI MUNCULNYA METODE EKLEKTIK
Asumsi yang mendasari munculnya metode eklektik ini adalah bahwa:
a)      Tidak ada metode yang ideal karena masing-masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kelemahan;
b)      Setiap metode mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan pengajaran;
c)      Lahirnya metode baru harus dilihat tidak sebagai penolakan kepada metode lama, melainkan sebagai penyempurnaan;
d)     Tidak ada satu metode yang cocok untuk semua tujuan, semua guru, semua siswa, dan semua pengajaran;
e)      Yang terpenting dalam pengajaran adalah memenuhi kebutuhan pelajar, bukan memenuhi kebutuhan suatu metode;
f)       Setiap guru memiliki kewenangan dan kebebasan untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan pelajar
Metode eklektik ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil secara tepat segi-segi kekuatan dalam semua metode dan menyesuaikannya dengan kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya, kemudian menerapkannya secara proporsional.
Sebaliknya, metode eklektik bisa menjadi metode "seadanya" atau metode "semau guru", apabila pemilihannya hanya berdasarkan "selera" guru, atau atas dasar "mana yang paling enak dan paling mudah" bagi guru. Bila demikian halnya, maka yang terjadi adalah ketidakmenentuan.
Di dalam kurikulum Madrasah (Tsanawiyah dan Aliyah) tahun 1994 dinyatakan bahwa metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Arab adalah "metode eklektik", tapi bagaimana penerapannya tidak dijelaskan, sehingga yang terjadi di lapangan adalah ketidakmenentuan.
Pengajaran bahasa Arab di Pondok Modern Gontor, yang oleh masyarakat umum disebut memakai metode langsung, sebenarnya tahun pertama diterapkan integrated (all in one) system, dengan metode langsung sepenuhnya. Pada tahun kedua, diterapkan sparated system, dengan metode eklektik, yaitu dengan menerapkan metode membaca untuk pelajaran muthala'ah, metode gramatika induktif untuk mata pelajaran nahwu sharaf, dengan tetap mempertahannya prinsip metode langsung, misalnya keharaman penggunaan bahasa ibu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Pengajaran bahasa Arab di perguruan tinggi umumnya menggunakan metode eklektik, karena berbagai alasan. Antara lain, heteroginitas input mahasiswa, otoritas dosen yang sangat tinggi, dan akses yang relatif cepat terhadap perkembangan terbaru dalam metodologi pengajaran bahasa.   
BENTUK-BENTUK PENGGABUNGAN DALAM METODE EKLEKTIK
Ada beberapa bentuk penggabungan dalam metode eklektik, diantaranya ialah:
1)      Sadtono (1978) menyarankan agar porsi manipulatif dan komunikatif dalam pengajaran diatur secara gradual.
2)      Beberapa ahli pengajaran bahasa di Amerika dan Eropa menyarankan beberapa model yang menjembatani latihan-latihan manipulatif dengan latihan-latihan komunikatif.
·         Paulston (1971) mengenalkan 3 corak drill:
manipulatif             bermakna           komunikatif      
·         Rivers (1973) menggunakan istilah lain:
manipulatif           semi-komunikatif            komunikatif
3)      Penyingkiran jarak waktu antara latihan manipulatif dan latihan komunikatif. Dalam metode audiolingual murni, latihan-latihan manipulatif-mekanistis bisa berjalan lebih dari 16 minggu (4 bulan), baru setelah itu diberikan latihan komunikatif. Dalam metode eklektik, jarak itu bisa dipersingkat.
4)      Modifikasi dan pengembangan bahan ajar, sebagai misal untuk materi tata bahasa dari deduktif menjadi induktif, dari pengetahuan menjadi penerapan. Untuk meteri percakapan, dari materi berbentuk dialog untuk dihafalkan, dikembangkan atau ditambah dengan materi latihan yang kongkrit dan konseptual. Materi bacaan yang dalam audiolingual ditekankan pada pelafalan dan penguasaan pola-pola kalimatnya, dikembangkan dengan latihan-latihan analisis model metode membaca dan seterusnya.
5)      Bentuk penggabungan yang lain bisa berupa penambahan porsi latihan membaca dan menulis, yang dalam pendekatan komunikatif kurang diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memerlukan kemampuan membaca dari pada kemampuan berbicara.
Mengajar bahasa sebetulnya merupakan suatu seni tersendiri. Kepada guru dituntut kemampuan memilih dan menggunakan metode. Selain itu, sebelum ia memilih dan menggunakan metode itu, kepada mereka dituntut beberapa persyaratan sebagai guru bahasa yang baik. Persyaratan itu adalah sebagai guru bahasa yang baik.
Persyaratan itu adalah sebagai berikut:
1)      Memiliki kemampuan berbahasa yang baik, karena dia akan dijadikan model (contoh) oleh murid. Bila guru sendiri tidak mampu memperlihatkan tingkah laku yang nampak dalam berbahasa arab, sukar diharapkan dia mendapat sambutan yang wajar sewaktu menyampaikan pengajaran kemampuan berbahasa.
2)      Memiliki keterampilan sebagai instruktur yang dapat melatih anak didik dalam keempat bidang keterampilan berbahasa. Keterampilan sebagai instruktur dan fasilitator ini sangat erat kaitannya dengan penguasaan metode mengajar.
3)      Mampu bertindak sebagai guru penerang pola-pola bahasa dan konsep terbaru mengenai ilmu bahasa, khususnya bahasa Arab. Dalam hal ini kepadanya dituntutselalu mengikuti perkembangan bahasa Arab dan perkembangan ilmu bahasa dan pengajarannya.
4)      Memiliki rasa tanggung jawab terhadap pembinaan bahasa Arab.

KESIMPULAN
 Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
  1. Metode eklektik adalah metode pilihan dan gabungan dari dua metode atau lebih.
  2. Asumsi yang mendasari munculnya metode eklektik ini adalah bahwa: Tidak ada metode yang ideal karena masing-masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kelemahan; Setiap metode mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan pengajaran; Lahirnya metode baru harus dilihat tidak sebagai penolakan kepada metode lama, melainkan sebagai penyempurnaan; Tidak ada satu metode yang cocok untuk semua tujuan, semua guru, semua siswa, dan semua pengajaran; Yang terpenting dalam pengajaran adalah memenuhi kebutuhan pelajar, bukan memenuhi kebutuhan suatu metode; Setiap guru memiliki kewenangan dan kebebasan untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan pelajar.
  3. Bentuk-bentuk penggabungan dalam metode eklektik adalah dengan:
·         Porsi manipulatif dan komunikatif dalam pengajaran diatur secara gradual;
·         Menjembatani latihan-latihan manipulatif dengan latihan-latihan komunikatif;
·         Penyingkiran jarak waktu antara latihan manipulatif dan latihan komunikatif;
·         Modifikasi dan pengembangan bahan ajar; dan
·         Bentuk penggabungan yang lain bisa berupa penambahan porsi latihan membaca dan menulis.

1 comment:

  1. Syukron,, jazakallahu 'alaika. postingannya sangat bermanfaat untuk kami jadikan referensi...
    Semoga Allah membukakan pintu2 ilmuNYA bagi setiap hamba yang menyampaikan ilmunya.
    Allahu yubaarik lanaa.. aamiin

    ReplyDelete